
Rumah bambu adalah salah satu rumah khas yang masyarakat di Nusa Tenggara Barat. Saat ini rumah bambu asli masih tersisia pada beberapa kampung adat. Sedangkan rumah bambu yang lebih modern dijumpai pada berbagai lokasi seperti hotel, vila maupun restoran dan tempat makan.
Desa dengan bagunan bambu diidentikan dengan keterbelakangan perkembangan jaman. Pada kenyataanya rumah bamboo merupakan rumah masa depan kerena memiliki keunggulan tahan terhadap ancaman gempa bumi, jika rusak bahan rumah akan cepat terdekomposisi menjadi kompos, suhu di dalam rumah lebih dingin dibandingkan dengan material tembok.
Rumah bambu yang indah harus mempertimbangkan desain. Desain rumah bambu diracang harus selaras dengan alam desa. Lokasinya harus cukup besar, bahan bangunan harus lokal, bersifat terbuka, membaur dengan yang ada di desa.
Penempatan rumah harus memperhatikan aspek arah mata angin dan sinar matahari. Arah mata angin terkait sirkulasi udara yang masuk ke dalam rumah. Mitigasi terhadap musim angin yang sering menimbulkan kerusakan rumah. Sinar matahari berkaitan dengan kesehatan efisiensi energi, dimana sinar matahari yang dapat masuk ke ruangan akan mengurangi kelembaban, sinar yang terang mengurangi peggunaan energy listrik.
Permasalahn yang dijumpai pada rumah bambu terkait dengan keawetan. Keawetan bambu menjadi permasalahan tersendiri. Dari hasil survey di lapangan. Beberapa bangunan bambu mengalami kerusakan. Villa bambu di Desa Senaru mengalami kerusakan beberapa bangunan setelah beberapa tahun. Rumah bambu di Dusun orong Desa Batulayar mengalami kerusakan setelah 7 tahun, lalu dibangun ulang tetapi juga mengalami kerusakan akibat bambu tanpa diawetkan.
Bambu memerlukan perlakuan setelah dipanen untuk mendapakan kualitas yang baik. Pengawetan bambu dapat dilakuan dengan cara :
- Direndam dalam air mengalir. Pada metode ini memerlukan waktu yang cukup lama. Antara 2-3 bulan setelah itu dikeringkan
- Direndam dengan larutan kimia